Alhamdulillah patut bersyukur karena gue dilahirkan dari keluarga yang sempurna dan diberikan rezeki yang cukup. Dari bayi sampai SMP hidup gue ya gitu-gitu aja seperti sudah terjadwal setiap harinya, mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi hampir setiap harinya berjalan sama. Sampai tiba saatnya gue mau masuk SMA, hmm disini gue mulai merasa bosan dengan hidup gue yang gini-gini aja dan gue berpikir, menimbang dan akhirnya memutuskan untuk coba jauh dari rumah dan keluarga. Akhirnya gue memutuskan untuk masuk PESANTREN di Lembang tepatnya di Nurul Fikri Boarding School Lembang. Keputusan yang cukup sulit untuk jauh dari keluarga dan tentunya masuk pesantren, tapi ya namanya juga untuk perubahan.
penampakan pesantren gue
Yang gue suka dari pesantren gue adalah lokasi, yap lokasi pesantren gue ini berada jauh dari keramaian kota tepatnya dan tepatnya berada di tengah-tengah hutan di Lembang, viewnya tuh bener-bener alam banget dan udaranya jangan ditanya lagi seger pake banget. Sejak SMA juga gue mulai mencintai banget yang namanya alam, gue mulai suka tuh yang namanya naik gunung, trekking, hiking, camping sampe mancing.
Gunung pertama yang gue daki ialah gunung Bukit Tunggul di daerang Lembang, gunung ini aksesnya gak jauh dari pesantren gue, masuknya lewat Taman Hutan Raya Juanda di Maribaya. Akses masuk kawasannya sih gampang tapi untuk nyampe ke puncaknya yang tingginya 2.209 mdpl perlu banyak pengorbanan, karena emang gunung ini jarang banget yang mau daki jadi kita harus buka jalan.
Kembali lagi ke judul yaitu "keluar dari zona nyaman" di pesantren ini selama 3 tahun gue mulai menemukan jatidiri gue, gue mulai mandiri karena ya emang jauh dari orang tua. Disini gue mulai punya temen baru, rutinitas baru dan pandangan baru tentang hidup. Dan akhirnya gue mulai menemukan zona nyaman gue lagi disini dan mulai bosan dengan zona nyaman ini.Untung saja gue segera lulus dan bersiap untuk menjalani hidup yang sesungguhnya. Banyak cerita dan pembelajaran penting selama 3 tahun gue disini.
Setelah lulus dari pesantren gue mulai nyari-nyari tempat kuliah setelah nyari muter tes sana-sini, Alhamdulillah akhirnya gue mendapatkan tempat kuliah di Institut Pertanian Bogor gue masuk Fakultas Ekonomi dan Manajemen tepatnya di jurusan Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Gue sama sekali buta dan gak tau apa-apa tentang jurusan gue ini. Saat itu yang penting gue kuliah dan gue pikir di Ekonomi itu itungannya sedikit paling ngitung duit dikurangin atau ditambahin. Dan ternyata pemikiran gue salah besar banget. Disini gue ketemu sama yang namanya kalkulus dan saudara-saudaranya.
Tahun pertama gue kuliah berjalan dengan lancar alias gitu-gitu aja. Gue termasuk mahasiswa yang apatis alias kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang). Gue gak ikut organisasi apapun di tahun pertama gue kuliah. Sampai akhirnya masuk ke tahun kedua gue kuliah, lagi-lagi gue mulai bosan dengan kuliah yang gitu-gitu aja. Akhirnya gue memutuskan untuk mengikuti organisasi kemahasiswaan dan gue memutuskan untuk bergabung bersama BEM FEM. Di BEM FEM ini gue bener-bener super sibuk karena emang BEM FEM ini terkenal dengan prokernya yang super padat merayap kaya macet di Dramaga. Bisa dibilang tidak ada hari tanpa rapat, banyak pembelajaran setahun gue di BEM FEM terutama gue bisa kenal orang-orang hebat di fakultas ini bahkan di IPB. Disini gue di ajarin buat yang namanya KERJA KERAS, KERJA CERDAS dan KERJA IKHLAS.
Logo BEM FEM saat gue mengabdi
Di tahun berikutnya gue memutuskan untuk tidak lanjut di BEM FEM, bukan karena merasa cape atau tidak mau mengabdi lagi untuk Fakultas gue, tapi gue pikir di BEM FEM ini udah punya sistem yang jelas dan emang gue selalu beranggapan kalau regenerasi itu penting dan satu lagi gue mulai merasakan zona nyaman gue dan artinya gue harus keluar dari situ.
Pilihan selanjutnya gue tetep mau mengabdi buat fakultas ini, gue merasa malu dan prihatin sebenernya dengan suporter di fakultas ini atau biasa disebut ORANGERS. Dengan banyaknya orang-orang hebat dan prestasi FEM yang pernah menjadi juara OMI suporter fakultas gue ini bisa dibilang paling cupu dan paling sedikit jumlahnya dengan jumlah mahasiswa yang terbanyak ke-3 di IPB.
Mulailah gue mengabdi lagi buat fakultas ini melalui ORANGERS, cukup sulit awalnya karena emang disini belum ada sistem yang jelas dan artinya harus membuat sistem baru yang jelas untuk diterapkan. Kendala lainnya adalah tidak adanya sumberdaya manusia yang bagus untuk mengatur kumpulan ini. Cukup pesimis awalnya dan untungnya gue disini gak sendirian gue ketemu sama orang-orang yang sepemikiran dengan gue yang masih peduli dengan Fakultas ini. Gue disini bekerja bareng dengan Fatih, Bule a.k.a Rendra, Nugi, Adit, Ajay, Ravli, Danang, Shidqu dan Aceng. Mereka adalah orang-orang hebat yang CINTA banget sama fakultas ini dan kita menamakan kumpulan ini dengan nama ULTRAS JINGGA. Bukan untuk menandingi Orangers sebagai suporter FEM. Tapi dari sinilah kita bisa membangun nama ORANGERS untuk lebih disegani lagi. Dan ketika OMI di mulai setiap harinya kita memikirkan untuk konsep-konsep di setiap pertandingannya dari mulai atribut sampai koreografi. Alhamdulillah memang benar usaha tidak pernah mengkhianati hasil dari yang tadinya tribun jarang terisi sampai akhirnya di OMI 2016 tribun FEM mulai mengalami peningkatan. Dari sekelompok orang ini gue banyak belajar bahwa pengabdian bukan dilihat dari jabatan tapi dari kerja keras dan seberapa ikhlas lu buat kerja.
Setiap orang pastilah suka ketika hidup dalam keadaan baik-baik saja, nyaman seolah tidak ada penghambat. Zona nyaman merupakan suatu keadaan dimana kita merasa nyaman karena kemampuan yang kita miliki melebihi dari tantangan yang kita hadapi. Keluar dari zona nyaman memanglah tidak mudah seperti menuang air, dalam kenyataanya memang butuh perjuangan untuk meninggalkan kenyamanan yang kita rasakan. Yuk Keluar dari Zona Nyaman :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar